Orang sering mengira bila Kota Batu adalah bagian dari Malang. Namun faktanya, Batu memiliki pemerintahan sendiri dan sudah membentuk Kota Madya. Hanya saja, memang masuk dalam daerah Malang Raya.
Kota yang berada di sebelah barat dan berbatasan langsung dengan gugusan Gunung Kawi ini, memiliki suhu yang begitu dingin. Nggak ayal kalau di sini adalah tempat paling ideal untuk berkebun, dan menghabiskan waktu bersama keluarga. By the way, pernah nggak sih terpikir olehmu, dari mana asal Kota Batu? Mengapa diberi nama demikian?
Dari pada penasaran, langsung simak saja yuk kisah sejarah asal usulnya berikut ini!
Jadi tempat peristirahatan keluarga kerajaan

Keindahan alam dan daerah yang dikelilingi langsung oleh pegunungan membuat kawasan Batu asri, dingin dan menenangkan. Saat zaman pemerintahan Raja Sendok, Mpu Supo diperintahkan untuk membuat sebuah peristirahatan keluarga kerajaan di daerah pegunungan. Syaratnya, harus ada mata air jernih.
Akhirnya ditemukanlah sebuah wilayah yang sejuk bahkan masih berkabut. Kini dikenal sebagai daerah Songgoriti. Maka, dibangunlah kawasan itu sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan. Nggak ketinggalan pula dirikan sebuah candi bernama Candi Supo.
Asal muasal mata air panas di Songgoriti

Seperti yang dititahkan oleh Raja, di tempat peristirahatan harus ada sumber mata air. Maka ditemukanlah air dingin mengalir yang berasal dari pegunungan. Sumber tersebut digunakan untuk mencari dan menuci keris dari Kerajaan Sendok.
Benda pusaka memiliki kekuatan supranatarual yang dahsyat sehingga menjadikan sumber mata air dingin menjadi panas. Kini, sumber mata air panas itu dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti
Nama Batu berasal dari seorang ulama

Berdasarkan kisah dari masyarakat, seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro bernama Abu Ghonaim atau disebut dengan Kyai Gabung Angin menetap di daerah pegunungan tersebut. Lama kelamaan, namanya lebih dikenal sebagai Mbah Wastu. Oleh karena orang Jawa kerap menyingkat sesuatunya agar lebih mudah disebutkan, maka jadilah Mbah Tu yang pada akhirnya pelafalannya menjadi Mbatu atau Batu.
Abu Ghonaim lari ke Jawa Timur dari kejaran Serdadu Belanda

Usai perang Diponegoro (1825-1830), para pengikut sang pangeran diincar oleh para penjajah Belanda untuk kemudian dibuang ke tempat terpencil hingga dibunuh. Abu Ghonaim yang awalnya berasal dari Jawa Tengah terpaksa harus lari ke daerah Gunung Panderman.
Di sana, beliau memulai kehidupan baru dengan menyatu bersama masyarakat sekitar. Abu Ghonaim juga mulai menyebarkan ajaran agama Islam dan berbagi pengetahuan serta pengalaman kepada warga di kaki gunung tersebut. Penduduk juga mulai menimba ilmu pada Mbah Wastu dan hidup berkelompok di daerah Bumiaji, Sisir hingga Temas.
Jadi incaran Belanda

Kota Batu yang dingin dan memiliki panorama indah pegunungan membuatnya diincar oleh orang-orang Belanda. Memasuki abad ke-19, orang Eropa banyak mendirikan tempat wisata, dan vila sebagai tempat peristirahatan dan berlibur bersama keluarga.
Hingga kini, banyak deretan penginapan di Kota Batu untuk para wisatawan yang datang. Seiring dengan berkembangnya zaman, maka dibangunlah banyak obyek wisata berbasis edukasi dan keluarga sehingga semua masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai Kota Wisata.
Didukung dengan hawa dingin dan lanskap menakjubkan, Kota Batu menjadi tempat yang wajib banget dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Kalau ke sini, jangan lupa memilih penginapan terbaik agar waktu berlibur jadi lebih menyenangkan, ya. (ind)